- MA NURUL HIKMAH HAURGEULIS IKUT ANDIL DALAM KEGIATAN PERKEMAHAN WIRAKARYA
- MA Nurul Hikmah Haurgeulis Mengikuti BIMTEK EDM ERKAM 2023
- HAUL : Muasis Yayasan Nurul Hikmah Haurgeulis ke-36
- PTS Genap MA Nurul Hikmah Haurgeulis
- Jadwal PAS Susulan 2022/2023
- Sejarah Logo dan Arti Ambalan MA Nurul Hikmah Haurgeulis
- Ambalan MANHIK Jalin Silaturami dengan Ambalan SMK Al Huda Anjatan
- MANHIK Juara, 3 Siswa MA Nurul Hikmah Haurgeulis menuju tingkat Provinsi
- Tim Putra - Putri Gerak Jalan MANHIK meraih juara !
- MA Nurul Hikmah Haurgeulis ikut acara bergengsi Kementerian Agama
Sejarah Logo dan Arti Ambalan MA Nurul Hikmah Haurgeulis
KH. HASYIM ‘ASYARI – SITI HALIMAH GUDEP 063-064

Gambar : Logo Ambalan 063-064
A. Sejarah Ambalan dan Logo Ambalan KH. Hasyim ‘Asyari – Siti Halimah 063-064
Ambalan MA Nurul Hikmah Haurgeulis mungkin dulu telah ada bersama dengan berdirinya MA Nurul Hikmah Haurgeulis pada Tahun 1991 namun telah kehilangan sejarah awal berdirinya disebabkan karena tidak ada keaktifan di anggota nya kembali dan tidak pernah tertulis dengan baik sejarah tersebut, hingga akhirnya Ambalan MA Nurul Hikmah Haurgeulis dengan nama KH Hasyim ‘Asyari – Siti Halimah di lahir kan kembali. Sejarah ini yang kemudian baru tercatat, di mulai dari Ambalan Angkatan 17 yang dimana awal mula sebagai embrio lahirnya kembali Ambalan MA Nurul Hikmah Haurgeulis, hal ini di sebabkan adanya angkatan 17 yang berkesempatan mengikuti Raimuna Daerah di Jatinangor, Sumedang pada tahun sekitar 2006-2007.
Kak Muhaimin (Kak Muhay) adalah salah satu promotor lahir nya kembali Ambalan MA Nurul Hikmah Haurgeulis, beliau juga yang mewakili kontingen Indramayu untuk mengikuti Raimuna Daerah (Raida) dari MA Nurul Hikmah Haurgeulis. Sepulangnya Kak Muhay dari Raida turut serta membawa angin segar bagi Kepramukaan di MA Nurul Hikmah Haurgeulis. Kak Muhaimin dengan sahabat – sahabatnya yang juga aktif di Kepramukaan MA Nurul Hikmah Haurgeulis yang terdiri dari Kak Muttabi’in Muhammad (Kak Aby), Kak Maryanto (Kak Arya dan yang lainnya dari Angkatan 17) mencoba berdiskusi dengan Pembina Pramuka MA Nurul Hikmah Haurgeulis yakni Kak Toha, S.Pd. (dimana beliau sudah pernah mengikuti Raimuna Nasional).
Dalam hal ini mereka bertiga sebagai inisiator menggagas untuk dapat membentuk/menghidupkan kembali Dewan Ambalan (Renaisance) dan atas restu serta masukan dari Pembina (Kak Toha) maka pada angkatan 17 ini lah disebut sebagai embrio Dewan Ambalan KH. Hasyim ‘Asyari – Siti Halimah baru setelah lama menghilang (lahir kembali “renaissance”). Dalam terbentuknya Ambalan ini kembali ada salah satu adik kelas yang turut serta mengikuti berjalannya gagasan Kak Muhaimin CS (Kak Aby dan Kak Arya) atau dikenal dengan M3, yakni Kak Tano Hidayatullah (Kak Uday). Kak Uday adalah salah satu Ambalan Angkatan 18 yang turut serta mengikuti berjalannya pembentukan Dewan Ambalan KH. Hasyim ‘Asyari – Siti Halimah yang baru.
Setelah Kak Muhay CS purna dari Ambalan KH. Hasyim ‘Asyari dan Siti Halimah, maka estapet kepramukaan di MA Nurul Hikmah Haurgeulis dilanjutkan oleh Angkatan selanjutnya, pada Angkatan 18 terpilih Kak Nurwiyah sebagai Pradani dan Kak Ranawan Subekti sebagai Pradana kemudian sebagai Krani Kak Uday (Tano Hidayatullah) bersama Kak Nurelvina, Kak Lindawati dan Kak Anah Pertiwi sebagai Juru Adat. Setelah Ambalan Angkatan 17 menghidupkan kembali Ambalan MA Nurul Hikmah Haurgeulis dengan Nama KH. Hasyim ‘Asyari dan Siti Halimah maka agar tidak kembali mati, dari Ambalan angkatan 18 ini lah mulai membenahi step by step hingga akhirnya baru muncul gagasan untuk membuat logo ambalan yang di inisiasi oleh Kak Uday, yang dimana Kak Uday di ilhami dari Ambalan KH Hasyim ‘Asyari – Siti Halimah Angkatan 17 agar memiliki identitas yang khas dari kepramukaan MA Nurul Hikmah Haurgeulis.
Kak Uday bersama Kak Nurwiyah dan Kak Ranawan menghadap Pembina Kak Toha untuk meminta izin dan masukan membuat logo Ambalan KH. Hasyim ‘Asyari – Siti Halimah agar dapat memiliki identitas sendiri. Akhirnya setelah bermusyawarah, Kak Toha selaku pembina dan sebagai Angkatan pertama MA Nurul Hikmah Haurgeulis memberikan beberapa masukan terkait logo, yakni salah satunya keris yang bercahaya sebagai wujud identitas Ulama Nusantara yang memberikan sinar cahaya pada dunia. Masukan tersebut diterima oleh Ambalan A.18 dan Kak Uday ditunjuk sebagai yang memimpin rumusan pembuatan Logo Ambalan, namun ada kekurangan diantara Ambalan A.18 yakni dalam seni menggambar dan pada saat itu belum mampu menguasai Desain Grafis Corel Draw sehingga Kak Uday selaku yang di amanati memimpin pembuatan logo meminta bantuan pada Kak Muhammad Abdul Muntaqim (Kak Abdul atau Kak ilik) dan Kak Ismail, pada saat itu Kak Abdul atau Kak ilik memiliki kelebihan dalam seni menggambar yang sangat bagus serta rapi, Kak Abdul kebetulan juga dengan Kak Ismail pada saat itu status nya masih menjadi siswa MTs belum masuk menjadi siswa MA Nurul Hikmah Haurgeulis.
Setelah meminta bantuan Kak Abdul maka logo Ambalan MA Nurul Hikmah Haurgeulis dengan goresan tangan nya yang handal dalam teknik melukis akhirnya logo pun terbentuk, pada awal nya logo ambalan hanya ada 2 buku (kitab) yang menyerupai logo MTs Kak Abdul belajar dulu, namun hingga akhirnya dirubah dan diperbaiki serta di perindah oleh Pak Yayak (Nurhidayat, S.H.) selaku Wakil Kepala Madrasah Bidang Kurikulum pada saat itu dengan Corel Draw menjadi 6 kitab, yang berarti Ambalan MA Nurul Hikmah Haurgeulis memegang teguh pada Al Qur’an, Hadits (Kutubus Sittah), Ijma Ulama dan Qiyas. Dan logo Ambalan KH. Hasyim’Asyari – Siti Halimah pun dsahkan sebagai identitas Penegak MA Nurul Hikmah Haurgeulis.
Setelah Ambalan terbentuk kembali oleh Angkatan 17 yang di promotori M3 (Kak Muhaimin, Kak Muttabi’in dan Kak Maryanto) dan diteruskan dengan terbentuknya Logo Ambalan oleh Angkatan 18 yang di inisiasi oleh Kak Uday, Kak Nurwiyah dan Kak Ranawan, maka estapet diteruskan oleh Angkatan 20. Sebab pada Angkatan 19 kembali mengalami stuck, pada Angkatan 20 ini lah dobrakan demi dobrakan diperkuat dan kekompakan terjadi, hal ini tidak lepas dari Kak Ismail sebagai Pradana dan dibantu Kak Abdul Muntaqim beserta Dewan Ambalan Angkatan 20 serta dibawah binaan Kak Aby (Kak Muttabi’in Muhammad) sebagai Pembina Pramuka A.20.
Hingga pada akhirnya jika di ibaratkan sangga, maka Sangga Perintis yakni Angkatan 17 menjadi pelopor, Sangga Pencoba yakni Angkatan 18 yang menjadi angkatan yang memiliki keberanian mencoba segala sesuatu yang baik dan positif, Sangga Pendobrak dan Penegas adalah Angkatan 20 yang mengambil keputusan yang arif dan bijaksana serta berani mengemukakan kebenaran sebab di Ambalan Angkatan 20 ini administrasi mulai tertib dan memiliki kekompakan dan Angkatan 21 hingga saat ini adalah sangga yang dianggap mampu melaksanakan sesuatu tugas dengan penuh tanggung jawab sesuai dengan tujuan awal berdiri Ambalan KH. Hasyim ‘Asyari – Siti Halimah (MA Nurul Hikmah Haurgeulis).
B. Arti Logo Ambalan KH. Hasyim ‘Asyari – Siti Halimah 063-064
Nama Ambalan KH. Hasyim ‘Asyari diambil dari salah satu pendiri Organisasi Islam terbesar di Indonesia yakni Nahdlatul Ulama, sedangkan Siti Halimah diambil dari nama Ibunda KH. Hasyim ‘Asyari. Kenapa mengambil nama Ibunda nya? bukan Istrinya. Sebab ibu adalah pendidik pertama seorang anak, ibunda nya berperan aktif dalam tumbuh kembang sosok KH. Hasyim ‘Asyari sehingga menjadi ulama besar selain dari ayahanda nya KH.’Asyari dan alasan lainnya sebab KH. Hasyim ‘ Asyari memiliki lebih dari satu istri, istri – istrinya yakni ( Nyai Nafisah binti Kyai Yakub, Nyai Khadijah binti Kyai Romli, Nyai Nafiqoh binti Kyai Ilyas, Nyai Masruroh binti Kyai Hasan dan Nyai Amini janda dari Kyai Ma'shum (adiknya)), sehingga tidak mungkin jika disandingkan salah satu dari kelima nya.
Segi Lima pada logo bermakna menjunjung tinggi Pancasila sebagai falsafah dan pandangan hidup bangsa Indonesia.
Dasar Hijau bermakna Warna hijau merupakan simbol kesejukan dan simbol tumbuh-tumbuhan, bahkan Anas bin Malik r.a mengatakan, “warna yang paling disukai oleh Rasulullah SAW adalah warna hijau.” Kubah Masjid Nabawi sendiri berwarna hijau. Warna hijau juga mampu menjadikan pandangan mata nyaman. yang berharap setiap anggota Ambalan KH. Hasyim ‘Asyari – Siti Halimah dapat tumbuh dan menumbuhkan kedamaian, persaudaraan dan memberikan manfaat untuk umat manusia.
Bintang yang berada di tengah berukuran besar dibanding empat yang lainnya melambangkan pimpinan umat Islam di dunia akhirat, yakni Rasulullah SAW.
Sementara yang empat bintang sebelah kanan melambangkan sahabatnya yang mendapat julukan Khulafaur Rasyidin yakni Abu Bakar Asshidiq, Umar bin Khatab, Utsman bin Affan, dan Ali bin Abi Thalib.
Sedangkan Empat bintang di sebelah kiri melambangkan empat imam mazhab Ahlussunah wal Jamaah yaitu Imam Maliki, Imam Syafi'i, Imam Hanafi, dan Imam Hanbali.
Keris yang memancar ditengah yakni melambangkan Ulama Nusantara yang memberikan cahaya pada umat nya, yang berjasa dalam Pra dan Pasca Kemerdekaan serta sebab ulama merupakan pewaris para nabi. Sehingga berharap agar setiap anggota Ambalan KH. Hasyim ‘Asyari – Siti Halimah menyintai dan takdzim pada para ulama khususnya di Nusantara (Indonesia).
Enam kitab yang terdapat pada samping kanan dan kiri yakni bermakna bahwa setiap anggota ambalan KH. Hasyim ‘Asyari – Siti Halimah berpegang teguh pada Aqidah Ahlusunah Wal Jama’ah Annahdliyah yang menggali sumber beragama dari Al Qur’an Hadits, Ijma’ Ulama dan Qiyas. selain itu KH. Hasyim 'Asyari dikenal sebagai Hadratus syaikh yang berarti Maha Guru dan telah hafal Kutubus Sittah (Hadits 6 Riwayat), Imam Bukhari, Imam Muslim, Imam Nasa'i, Imam Abu Dawud, Imam Tirmidzi, dan Imam Ibnu Majah
Padi dan Kapas diambil dari sila ke lima dari Pancasila yang bermakna representasi dari kebutuhan masyarakat Indonesia secara umum, terlepas dari status dan golongan. Bisa dikatakan juga bahwa padi dan kapas melambangkan persamaan untuk seluruh anggota pramuka, tanpa kesenjangan.
Sepuluh simpul yang mengikat padi dan kapas representasi dari Dasa Dharma, dimana Dasa Dharma menjadi simpul yang mengikat dalam sumpah anggota pramuka agar dilaksanakan khususnya Ambalan KH. Hasyim ‘Asyari dan Siti Halimah.